
Nabi Muhammad dikenal sebagai reformis agung, karena memang akhlak yang tertanam di dirinya adalah nilai-nilai Qur'ani. Ia mampu mengubah pandangan dunia dari "lembah kejumudan" kepada "dataran yang berkecerdasan" yang nilai-nilai kemanusiaan serta pemilikan rasa tanggung jawab dan kejujuran terbangun di setiap diri anggota masyarakatnya. Landasannya adalah iman. Dengan penanaman keimanan yang benar dan kokoh Rasulullah SAW menggerakkan hati kaumnya dan memberikan pencerahan (enlightenment) agar meninggalkan kejumudan, demi kebangunan umat.
Dalam kita melakukan reformasi terhadap perjalanan tingkah laku, tentu sisi keberhasilan yang telah diraih, meski agaknya tidak terlihat signifikan, karena "kesalahan" yang kadang terjadi sedemikian paradoks dan menjalar ke semua lini kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kita sudah salah jalan, itu kalimat mudahnya.

Krisis akhlak sebagai puncak dari krisis multidimendi kekinian yang kita alami, sudah harus diakhiri. Hentikan pertikaian, jauhkan sikap-sikap ananiah (egoisme), sambung lagi jembatan hati melalui silaturahmi, dan lakukan islah/perdamaian di antara pihak-pihak yang bertikai . ingat pesan mulia :
"Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS Al-Hujuraat: 10)
Tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan, pasti ada solusi penyelesaiannya. Tentu dengan duduk bersama dan satukan pandangan dalam seirama kebajikan, demi kepentingan yang lebih besar, bukan kepentinganpribadi atau segelintir orang.
Ditengah bangsa yang sakit ini, dibutuhkan akal sehat semua pihak. perwujudan dari akal sehat itu adalah akhlak yang karim dan qalbu yang salim. Jika itu dapat terbangun degan baik, tentulah reformasi akan berjalan dengan amat cantiknya menuju dataran yang dikehendaki bersama. ini menjadi tugas berat kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar